MEKANISME PENYELESAIAN SEMBAMBANGAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAI BATIN DI DESA PADANG MANIS, KECAMATAN WAY LIMA, KABUPATEN PESAWARAN
DOI:
https://doi.org/10.61722/jipm.v3i6.1548Keywords:
Sebambangan, Penyelesaian Adat, Lampung Saibatin, Hukum Adat, Way LimaAbstract
Tradisi Sebambangan merupakan salah satu tahapan penting dalam adat perkawinan masyarakat Lampung, khususnya pada komunitas Saibatin, yang dilakukan sebelum prosesi pernikahan resmi berlangsung. Tradisi ini memiliki bentuk, tata cara, dan makna tersendiri yang berbeda dari adat Lampung Pepadun, meskipun keberadaannya kini mulai jarang dijumpai akibat pengaruh modernisasi dan perubahan sosial. Dalam masyarakat Lampung Saibatin yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, perempuan yang menikah akan menjadi bagian dari keluarga suaminya dan mengikuti struktur adat yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnografi, yang berupaya memahami makna tradisi Sebambangan berdasarkan perspektif masyarakat adat itu sendiri. Data dikumpulkan melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan tradisi, wawancara mendalam dengan tokoh adat, orang tua, dan pasangan yang pernah menjalani Sebambangan, serta dokumentasi berupa foto, arsip, dan catatan adat. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara induktif dengan cara mereduksi, mengelompokkan, dan menafsirkan temuan sesuai konteks sosial dan budaya masyarakat. Melalui metode ini, penelitian diharapkan mampu menggambarkan secara komprehensif nilai-nilai, simbolisme, dan fungsi sosial tradisi Sebambangan dalam kehidupan masyarakat Lampung Saibatin.
References
Aprina, W. (2019). Dinamika Sebambangan Suku Lampung. Metro: Universitas Muhammadiyah Metro, hlm. 53.
Farizal, R. (2016). Sebambangan (Kawin Lari) dan Penyelesaian Hukumnya pada Masyarakat Lampung di Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. Lampung: Universitas Lampung.
Hafidudin, H., Asyik, B., & Suwarni, N. (2014). Eksistensi Budaya Sebambangan (Kawin Lari) dalam Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kampung Cugah. Bandar Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, hlm. 44.
Hadi. (2019). Tradisi Sebambangan dalam Masyarakat Lampung. Bandar Lampung: Rajawali Press, hlm. 52.
Hadikusuma, H. (1983). Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Alumni.
Hadikusuma, H. (1989). Masyarakat dan Adat-Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju, hlm. 85.
Hanifah, A. A. (2020). “Eksistensi Tradisi Sebambangan di Desa Canggu, Kalianda.” Sosio Religia, hlm. 1–2.
Hasan, Z. (2025). Hukum Adat. Bandar Lampung: UBL Press.
Lestari. (2021). Tradisi Lampung Saibatin: Pelestarian dan Praktik. Bandar Lampung: Nusantara Media, hlm. 57.
Nuryadin, B. R. (2013). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi Sebambangan dalam Pernikahan Adat Lampung Saibatin (Studi Kasus di Talang Padang, Tanggamus, Lampung). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Pramudita, R. O. (2017). Penyelesaian Kawin Lari (Sebambangan) pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin di Kecamatan Gunung Alip, Tanggamus. Bandar Lampung: Universitas Lampung, hlm. 49.
Ramli. (2020). Adat Sebambangan dan Perkawinan Dini di Lampung. Bandar Lampung: Lampung Press, hlm. 38.
Razak, F. (2018). Tradisi Sebambangan Masyarakat Adat Lampung Pepadun dalam Perspektif Islam (Studi di Desa Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah). Bandar Lampung: UIN Raden Intan Lampung, hlm. 73.
Syahputra. (2019). Hukum Adat Lampung: Tradisi dan Penyelesaian Konflik. Bandar Lampung: Pustaka Lampung, hlm. 65.
Sutrisno. (2018). Adat dan Tradisi Lampung Saibatin. Lampung: Pustaka Budaya, hlm. 45.
Van Gennep, A. (1960). The Rites of Passage. Chicago: University of Chicago Press, hlm. 3.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 JURNAL ILMIAH PENELITIAN MAHASISWA

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.










